JAKARTA – Bursa saham di kawasan Asia-Pasifik mencatat pergerakan variatif pada perdagangan Kamis pagi, 8 Mei 2025, di tengah sorotan investor terhadap keputusan suku bunga acuan dari Federal Reserve Amerika Serikat (The Fed) dan perkembangan isu perdagangan global antara AS dan China.
Pada pukul 08.22 WIB, indeks utama Nikkei 225 Jepang mencatat penurunan tipis sebesar 0,06% ke posisi 36.758,34. Sementara itu, indeks Hang Seng Hong Kong juga mengalami pelemahan 0,45% ke level 22.589,13.
Di sisi lain, sejumlah indeks Asia mencatat penguatan. Indeks Taiex Taiwan naik sebesar 0,4% ke 20.628,26. Indeks Kospi Korea Selatan menguat 0,36% dan bertengger di level 2.582,97. Adapun indeks ASX 200 Australia tercatat naik tipis 0,18% ke 8.192,7.
Kondisi bervariasi juga terjadi di pasar ASEAN. Indeks FTSE Straits Times Singapura melemah 0,29% ke level 3.854,24. Sementara FTSE Bursa Malaysia mencatat penguatan tipis 0,09% ke posisi 1.548,55.
Keputusan The Fed Jadi Sorotan Utama
Pergerakan pasar Asia hari ini dipengaruhi oleh keputusan kebijakan suku bunga dari Federal Reserve yang diumumkan semalam waktu AS. Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) memutuskan untuk kembali mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25% hingga 4,5%. Keputusan ini telah diprediksi oleh mayoritas pelaku pasar dan analis.
Ketua The Fed, Jerome Powell, menyampaikan bahwa kebijakan moneter saat ini masih akan tetap hati-hati, seiring dengan ketidakpastian ekonomi dan tekanan inflasi yang belum sepenuhnya reda.
“Jika kenaikan suku bunga signifikan yang sudah kami lakukan tetap dipertahankan terlalu lama, maka hal itu berisiko memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mendorong inflasi dalam jangka panjang,” ujar Powell dalam konferensi pers usai pengumuman keputusan FOMC.
Powell juga menekankan bahwa bank sentral akan terus mencermati data ekonomi terbaru, terutama terkait dengan inflasi inti dan tingkat pengangguran, sebelum mengambil langkah kebijakan lebih lanjut.
Pasar Tunggu Isu Perdagangan AS-China
Selain kebijakan moneter AS, perhatian investor global juga tertuju pada pertemuan penting antara Amerika Serikat dan China yang dijadwalkan berlangsung pekan ini. Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, dijadwalkan bertemu dengan mitranya dari China di Swiss dalam rangkaian pembahasan masalah perdagangan bilateral dan isu ekonomi strategis lainnya.
Pertemuan tersebut dinilai krusial dalam mengurangi ketegangan perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia yang selama ini menjadi salah satu pemicu volatilitas pasar global.
Dampak terhadap Bursa dan Sentimen Global
Pasar saham global bereaksi beragam terhadap kebijakan The Fed. Harga berjangka saham AS cenderung stagnan usai keputusan bank sentral, mencerminkan sikap wait and see dari investor terhadap arah kebijakan ke depan.
Sementara itu, bursa Wall Street menutup perdagangan sebelumnya di zona hijau, meskipun dalam kondisi perdagangan yang dinamis. Indeks S&P 500 tercatat naik 0,43% ke posisi 5.631,28. Indeks Nasdaq Composite turut menguat 0,27% ke level 17.738,16, sedangkan indeks Dow Jones Industrial Average melonjak 284,97 poin atau sekitar 0,70% ke posisi 41.113,97.
Analis dari pasar modal menilai bahwa tren pasar saat ini masih akan banyak dipengaruhi oleh perkembangan inflasi, kebijakan suku bunga, serta hubungan dagang antarnegara besar.
Prospek IHSG dan Rekomendasi Saham
Di tengah sentimen global yang variatif ini, investor domestik diharapkan tetap selektif dalam memilih portofolio saham. Analis memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan bergerak fluktuatif dengan kecenderungan menguat terbatas, didukung oleh hasil kinerja emiten kuartal I-2025 serta potensi capital inflow dari investor asing.
Beberapa sektor yang direkomendasikan untuk diperhatikan antara lain sektor perbankan, infrastruktur, dan konsumer yang dinilai masih memiliki fundamental kuat dan potensi pertumbuhan dalam jangka menengah.