Cara Efektif Membangun Resiliensi Anak Agar Tumbuh Kuat dan Mandiri

Rabu, 15 Oktober 2025 | 15:07:30 WIB
Cara Efektif Membangun Resiliensi Anak Agar Tumbuh Kuat dan Mandiri

JAKARTA - Resiliensi merupakan kemampuan anak untuk bertahan dan beradaptasi menghadapi masalah tanpa kehilangan kepercayaan diri. Kemampuan ini sangat penting agar anak tumbuh menjadi sosok yang tangguh, mandiri, dan tak mudah menyerah.

Prof. Maila Dinia Husni Rahiem, Guru Besar PAUD dan Kesejahteraan Sosial di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, menekankan bahwa pengenalan emosi menjadi pondasi utama membangun resiliensi. Anak yang mampu mengenali perasaan senang, sedih, marah, atau takut, lebih mudah mengelola reaksinya terhadap situasi sulit.

Mengenali Emosi Anak

Langkah pertama membangun resiliensi adalah membantu anak mengenali dan memahami emosi mereka sendiri. Prof. Maila mengatakan, orangtua harus mengenal kata emosi dan membimbing anak untuk menyadari perasaan mereka.

Ketika anak mengungkapkan apa yang dirasakan, orangtua dapat menilai apakah itu rasa senang, sedih, atau marah. Hal ini memungkinkan anak mengatur emosinya sebelum perasaan negatif memuncak, sehingga respons mereka menjadi lebih terkendali.

Contohnya, saat anak mulai marah, mereka bisa belajar menyalurkan kemarahan sedikit demi sedikit. Strategi ini mengajarkan anak untuk tidak meledak-ledak dan tetap tenang menghadapi tantangan.

Pola Pikir Berkembang untuk Menghadapi Kegagalan

Selain pengenalan emosi, pola pikir berkembang (growth mindset) menjadi unsur penting resiliensi anak. Prof. Maila menekankan bahwa anak perlu diyakinkan bahwa kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, melainkan peluang untuk belajar.

Anak dengan pola pikir berkembang akan mencoba mengubah kegagalan menjadi pengalaman yang membangun. Mereka percaya bahwa usaha dan waktu akan membuat hasil menjadi lebih baik, sehingga kegagalan dipandang sebagai bagian dari proses.

Dalam bukunya, Prof. Maila mencontohkan karakter monyet bernama Kimo yang belajar memanjat dahan. Ketika Kimo jatuh, ibunya membimbingnya mencoba lagi langkah demi langkah, sehingga mindsetnya berubah dan keterampilan meningkat.

Mengajari Anak Regulasi Emosi yang Sehat

Langkah berikutnya adalah mengajari anak cara menyalurkan emosi secara sehat. Tidak semua anak nyaman mengekspresikan diri melalui tulisan, gambar, atau musik, sehingga orangtua perlu fleksibel dalam metode yang dipilih.

Anak sebaiknya diberi kebebasan mengeksplorasi kegiatan yang mereka sukai sejak dini. Aktivitas ini dapat menjadi media untuk menyalurkan emosi, sekaligus meningkatkan kreativitas dan rasa percaya diri.

Di taman kanak-kanak, misalnya, anak diberi kesempatan bereksplorasi secara luas. Inklusivitas ini memungkinkan mereka menemukan aktivitas yang membuat nyaman dan membantu mengelola perasaan secara positif.

Praktik Sehari-hari dalam Membangun Resiliensi

Orangtua dapat mempraktikkan resiliensi melalui rutinitas sehari-hari, seperti berdiskusi tentang pengalaman positif dan negatif anak. Membimbing anak menyadari konsekuensi tindakan dan memberi pujian atas usaha mereka mendorong rasa percaya diri dan kemandirian.

Kegiatan sederhana seperti berbagi cerita tentang kegagalan kecil juga efektif. Anak belajar bahwa kesalahan adalah hal wajar, dan dengan usaha, mereka bisa memperbaiki diri.

Penting juga memberi contoh nyata bagaimana orangtua mengatasi masalah tanpa panik. Ketika anak melihat orang dewasa menghadapi tekanan dengan tenang, mereka meniru pola tersebut dan membentuk ketahanan emosional.

Peran Lingkungan Sekolah dan Teman

Sekolah memiliki peran strategis dalam membangun resiliensi anak. Guru yang mendorong partisipasi aktif, memberi apresiasi, dan membiarkan anak belajar dari kesalahan dapat memperkuat mental tangguh.

Interaksi dengan teman sebaya juga mendukung kemampuan beradaptasi. Anak belajar menerima kritik, bekerjasama, dan memecahkan masalah bersama, yang menjadi bagian dari pengembangan resiliensi sosial.

Resiliensi sebagai Bekal Hidup Anak

Membangun resiliensi bukan sekadar teori, melainkan praktik sehari-hari yang konsisten dari rumah hingga sekolah. Dengan mengenali emosi, membentuk pola pikir berkembang, dan mengajarkan regulasi emosi yang sehat, anak akan lebih siap menghadapi tantangan.

Kunci keberhasilan terletak pada bimbingan orangtua yang sabar, fleksibel, dan mendukung eksplorasi anak. Resiliensi yang terlatih sejak dini membekali anak untuk tumbuh menjadi individu tangguh, mandiri, dan siap menghadapi berbagai situasi hidup.

Terkini