JAKARTA - Kesemutan yang muncul sesekali sering dianggap sepele oleh banyak orang. Padahal, gejala ini bisa menjadi sinyal tubuh bahwa ada gangguan saraf atau sirkulasi darah yang perlu diperhatikan.
Dokter spesialis saraf, Nysia Priscilla Angga Kusuma dari RS EMC Cibitung, mengatakan bahwa kesemutan ringan memang wajar terjadi. “Misalnya akibat duduk terlalu lama atau tidur dalam posisi yang menekan saraf,” jelasnya, Sabtu, 18 Oktober 2025.
Namun, jika kesemutan muncul tanpa sebab jelas atau berlangsung terus-menerus, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter. Gejala lain seperti lemas, pusing, atau mati rasa yang menyertai dapat mengindikasikan masalah kesehatan yang lebih serius.
Penyebab Kesemutan dan Mekanismenya
Kesemutan atau paresthesia adalah sensasi seperti geli, terbakar, atau mati rasa yang umumnya muncul di tangan, kaki, atau jari. Kondisi ini bisa bersifat sementara atau menandakan gangguan saraf yang lebih kompleks.
Secara fisiologis, kesemutan terjadi ketika saraf atau pembuluh darah mendapat tekanan. Misalnya saat duduk bersila terlalu lama, aliran darah terganggu dan otak menerima sinyal “error” berupa rasa geli atau tertusuk jarum.
“Kesemutan adalah tanda tubuh sedang memulihkan diri,” kata Nysia. Namun, tekanan yang berlangsung lama atau gangguan saraf kronis bisa menimbulkan kerusakan permanen pada saraf.
Selain itu, gangguan transmisi sinyal saraf dapat menimbulkan sensasi terbakar atau mati rasa yang lebih lama. Hal ini membuat pentingnya memahami mekanisme kesemutan agar tidak mengabaikan gejala serius.
Kapan Kesemutan Menjadi Masalah Serius
Kesemutan sesekali mungkin bisa diabaikan, namun jika muncul tanpa posisi tubuh yang salah, ini perlu diwaspadai. Penyebab paling umum adalah neuropati perifer, yaitu kerusakan saraf di luar otak dan sumsum tulang belakang.
Neuropati perifer sering dialami oleh penderita diabetes, alkoholisme, atau infeksi tertentu. Selain itu, kesemutan yang disertai kulit pucat, dingin, atau kebiruan juga bisa menandakan gangguan sirkulasi darah.
Beberapa kondisi medis lain yang dapat memicu kesemutan antara lain stroke, migrain berat, dan multiple sclerosis. Jika kesemutan hanya terjadi di satu sisi tubuh, disertai sulit bicara atau lemas, segera cari pertolongan medis karena itu bisa menjadi tanda awal stroke.
Gejala tambahan seperti kelemahan otot, nyeri, atau hilangnya koordinasi juga harus diperhatikan. Semakin cepat penyebab ditemukan, semakin besar kemungkinan mencegah komplikasi serius.
Cara Mengatasi dan Mencegah Kesemutan
Kesemutan ringan biasanya tidak memerlukan pengobatan khusus dan akan hilang dengan sendirinya. Namun, jika penyebabnya terkait penyakit saraf atau sirkulasi, dokter akan menyesuaikan terapi sesuai diagnosis.
Terapi bisa berupa obat-obatan, fisioterapi, atau perubahan gaya hidup. Misalnya memperbaiki pola tidur, menjaga postur saat duduk, dan menghindari tekanan berlebihan pada saraf.
“Yang paling penting adalah mencari tahu penyebab dasarnya,” tegas Nysia. Menjaga pola hidup sehat, cukup istirahat, dan melakukan peregangan secara teratur dapat mencegah kesemutan berulang.
Selain itu, rutin memeriksakan kondisi saraf dan pembuluh darah menjadi langkah preventif yang penting. Perubahan gaya hidup sehat dapat membantu memastikan aliran darah dan fungsi saraf tetap optimal.
Kesemutan mungkin tampak sepele, tetapi bisa menjadi peringatan awal masalah serius. Mengenali tanda-tanda dan bertindak cepat sangat penting untuk menjaga kesehatan saraf dan kualitas hidup sehari-hari.