Transportasi

Transformasi Transportasi Elektrik di Indonesia: Tantangan dan Solusi Menuju Adopsi Kendaraan Listrik

Transformasi Transportasi Elektrik di Indonesia: Tantangan dan Solusi Menuju Adopsi Kendaraan Listrik
Transformasi Transportasi Elektrik di Indonesia: Tantangan dan Solusi Menuju Adopsi Kendaraan Listrik

JAKARTA - Transformasi sektor transportasi Indonesia menuju elektrifikasi mengalami berbagai tantangan besar, terutama dalam hal teknologi, infrastruktur, serta pemahaman pasar. Meskipun ada komitmen kuat untuk beralih ke kendaraan listrik (EV), banyak pelaku usaha di sektor transportasi, logistik, dan tambang yang masih belum sepenuhnya memahami konsep EV sebagai solusi terintegrasi. Hal ini menjadi salah satu penghambat utama dalam mempercepat adopsi kendaraan listrik di tanah air.

Menurut Albert Aulia Ilyas, President Director Kalista, salah satu tantangan terbesar dalam adopsi EV adalah kurangnya pengetahuan yang memadai. “Yang menjadi kendala pertama tentu dari sisi knowledge. Ini hal baru, jadi kita harus terus-menerus memberikan edukasi,” ujar Albert.

Kalista, yang dikenal sebagai penyedia kendaraan listrik, tidak hanya menawarkan produk kendaraan listrik, tetapi juga solusi lengkap untuk bisnis komersial. Perusahaan ini hadir dengan pendekatan berbasis operating lease yang mencakup penyediaan kendaraan, infrastruktur pengisian daya, layanan perawatan, dan dukungan purna jual. Dengan model bisnis ini, pelaku usaha tidak perlu repot-repot lagi memikirkan teknis pemilihan kendaraan, jenis charger, hingga tempat servis.

“Customer lebih butuh solusi. Kalau mereka ingin beralih ke EV, kami bantu dari A sampai Z, termasuk menyesuaikan spesifikasi kendaraan dan infrastrukturnya,” jelas Albert. Pendekatan ini bertujuan untuk menyederhanakan proses transisi ke kendaraan listrik bagi perusahaan, khususnya yang bergerak di sektor transportasi dan logistik.

Namun, Albert menekankan bahwa tantangan terbesar dalam adopsi EV bukan hanya soal membeli kendaraan listrik. "Selama ini banyak pihak yang masih menganggap adopsi EV hanya soal membeli kendaraan listrik. Padahal, tantangan justru terletak pada bagaimana ekosistem EV dibangun agar operasional berjalan efisien dan berkelanjutan," tambahnya. Tanpa pemahaman yang mendalam mengenai ekosistem tersebut, adopsi EV berpotensi menjadi tren sesaat tanpa dampak jangka panjang.

Selain itu, Kalista juga telah melakukan kerja sama dengan berbagai mitra dari sektor transportasi kota dan logistik. Perusahaan ini kini tengah memperluas penetrasinya ke sektor pariwisata dan pertambangan, dengan pendekatan yang disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan spesifik tiap segmen.

Sebagai perusahaan yang ingin menjadi bagian dari solusi untuk masa depan transportasi Indonesia, Kalista berkomitmen untuk mendukung transisi ke kendaraan listrik dengan lebih dari sekadar menawarkan kendaraan. Mereka mengutamakan penyediaan solusi menyeluruh yang memungkinkan pengoperasian kendaraan listrik secara efisien dan berkelanjutan.

Transformasi menuju transportasi elektrik di Indonesia memerlukan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat. Untuk itu, edukasi yang berkelanjutan dan pembangunan ekosistem yang mendukung menjadi kunci utama untuk mendorong adopsi kendaraan listrik secara lebih luas di Indonesia. Dengan adanya upaya seperti yang dilakukan Kalista, transformasi ini bukan lagi sekadar mimpi, melainkan sebuah kenyataan yang dapat dinikmati oleh generasi mendatang.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index