Gadget

Gadget dan Media Sosial Ancam Kesehatan Mental Generasi Z, Ini Imbauan Ahli dan Solusi Pemerintah

Gadget dan Media Sosial Ancam Kesehatan Mental Generasi Z, Ini Imbauan Ahli dan Solusi Pemerintah
Gadget dan Media Sosial Ancam Kesehatan Mental Generasi Z, Ini Imbauan Ahli dan Solusi Pemerintah

JAKARTA – Fenomena ketergantungan pada gadget dan media sosial kian mengkhawatirkan di kalangan Generasi Z Indonesia. Di tengah kemajuan teknologi digital yang pesat, para remaja kini menghadapi tantangan serius terhadap kesehatan mental mereka. Notifikasi tak henti, layar yang terus menyala, hingga tekanan sosial dari media digital menjadi pemicu kecemasan, depresi, dan krisis identitas.

Data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika mencatat, jumlah pengguna internet aktif di Indonesia telah melampaui 202 juta jiwa, sebagian besar di antaranya berasal dari kelompok usia muda dan mengakses internet melalui smartphone. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran mendalam, terutama karena tidak disertai literasi digital yang memadai.

6 Jam Sehari di Depan Layar, Gejala Depresi Meningkat

Berdasarkan riset Institut Kesehatan Mental Indonesia yang dirilis pada awal 2024, sebanyak 67 persen remaja Indonesia menghabiskan lebih dari 6 jam sehari di depan layar gadget. Ironisnya, 43 persen dari mereka menunjukkan gejala kecemasan sosial dan depresi.

Fenomena ini diperparah oleh keberadaan media sosial yang dikelola algoritma untuk memicu interaksi tanpa henti. Konten-konten viral yang menampilkan standar hidup ideal kecantikan, kekayaan, popularitas mendorong remaja untuk membandingkan diri secara tidak sehat.

"Remaja kita saat ini hidup dalam tekanan sosial digital yang sangat tinggi. Mereka bukan hanya penonton, tapi ikut merasa harus tampil sempurna seperti yang mereka lihat," ujar seorang pengamat sosial yang juga merupakan orang tua generasi Z.

Efek Pandemi dan Lingkaran Ketergantungan

Pandemi COVID-19 memperparah situasi. Proses belajar jarak jauh membuat anak dan remaja terbiasa menghabiskan waktu dengan gadget. Pasca-pandemi, kebiasaan ini ternyata sulit diubah. Survei dari Ikatan Psikolog Klinis Indonesia menyebut 58 persen remaja kesulitan mengurangi waktu penggunaan gadget, bahkan menunjukkan gejala adiksi.

"Waktu layar yang meningkat selama pandemi kini menjadi rutinitas baru. Ini tidak sehat dan menimbulkan efek psikologis jangka panjang," ungkap salah satu psikolog klinis dari IPK Indonesia.

FOMO dan Tekanan Media Sosial

Kecanduan gadget tidak lepas dari sindrom FOMO (Fear of Missing Out). Remaja merasa harus terus terhubung agar tidak ketinggalan tren atau informasi. Tekanan inilah yang membuat mereka sulit melepaskan diri dari layar meski sudah menyadari dampaknya.

Selain itu, penggunaan media sosial secara intens juga menyebabkan gangguan tidur, kesulitan berkonsentrasi, dan penurunan interaksi sosial langsung tanda-tanda awal yang perlu diwaspadai sebagai indikasi masalah kesehatan mental.

Peran Pemerintah, Sekolah, dan Keluarga

Dalam menghadapi krisis ini, kolaborasi seluruh elemen masyarakat sangat diperlukan. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Kesehatan didorong untuk mengembangkan program literasi digital dan edukasi kesehatan mental yang menyasar langsung ke sekolah dan komunitas remaja.

"Literasi digital tidak cukup hanya soal keamanan siber dan keterampilan teknis. Harus mencakup kesehatan mental digital juga," tegas salah satu narasumber dari Kemendikbud.

Sekolah-sekolah didorong untuk mengadopsi kebijakan penggunaan gadget yang bijak, bukan larangan total. Pendekatan berbasis edukasi dan pembentukan kesadaran akan jauh lebih efektif. Beberapa sekolah bahkan mulai mencoba program detoks digital sebagai bagian dari kurikulum.

Sementara itu, keluarga khususnya orang tua memiliki peran sentral. Membangun zona bebas gadget, mengajak anak beraktivitas fisik, serta memperkuat komunikasi terbuka tentang penggunaan media sosial menjadi langkah awal yang sangat disarankan.

Tanggung Jawab Industri Teknologi

Tidak hanya pengguna dan regulator, platform teknologi juga memegang tanggung jawab besar. Beberapa aplikasi populer sudah mulai menerapkan fitur seperti pengingat waktu penggunaan, mode fokus, dan dashboard aktivitas digital. Namun, fitur-fitur ini masih bersifat opsional dan perlu distandarisasi lebih luas.

"Industri digital harus turut berkontribusi menciptakan lingkungan digital yang sehat, bukan sekadar mengejar keterlibatan pengguna," ujar salah satu pengamat teknologi digital.

Kenali Gejala Adiksi Gadget

Masyarakat juga diimbau untuk mengenali tanda-tanda kecanduan gadget, seperti:

-Kecemasan saat tidak memegang ponsel

-Gangguan tidur dan konsentrasi

-Penurunan minat terhadap aktivitas sosial offline

-Rasa tidak aman ketika tidak aktif di media sosial

Jika gejala tersebut muncul, mencari bantuan profesional bukanlah kelemahan, melainkan langkah penting menjaga kesehatan mental.

Keseimbangan adalah Kunci

Teknologi memang membawa banyak manfaat, tetapi penggunaannya yang berlebihan dapat mengancam generasi muda. Generasi Z Indonesia adalah generasi dengan potensi besar namun mereka juga rentan jika hidup dalam ekosistem digital yang tidak sehat.

"Keseimbangan adalah kunci. Mari ciptakan budaya digital yang sehat demi masa depan anak-anak kita," tutup pengamat sosial dalam refleksinya.

Sudah saatnya kita sebagai masyarakat, pemerintah, sekolah, orang tua, dan pelaku industri bersama-sama membangun ekosistem digital yang mendukung kesehatan mental generasi muda. Karena di balik layar kecil di tangan mereka, tersimpan tantangan besar yang harus kita hadapi bersama.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index