JAKARTA - Samsung dikabarkan akan mengambil pendekatan baru yang cukup mengejutkan dalam lini smartphone lipat terbarunya, Galaxy Z Flip7 dan Galaxy Z Fold7. Untuk pertama kalinya, kedua perangkat ini tidak akan menggunakan chipset yang sama. Jika sebelumnya Galaxy Z Flip6 dan Z Fold6 sama-sama dibekali dengan Snapdragon 8 Gen 3, maka seri terbaru akan mengalami pemisahan teknologi yang cukup signifikan.
Informasi terbaru dari media teknologi Korea Selatan, BeritaPim, mengungkap bahwa Galaxy Z Fold7 akan mengusung Snapdragon 8 Gen 3 for Galaxy, versi yang dikenal sebagai Snapdragon 8 Elite, sementara Galaxy Z Flip7 akan menggunakan chipset Exynos 2500 chip buatan Samsung sendiri yang sebelumnya belum pernah digunakan pada perangkat foldable.
Galaxy Z Fold7 Masih Setia pada Snapdragon
Samsung tetap memilih prosesor Snapdragon untuk Galaxy Z Fold7, sebuah keputusan yang dianggap masuk akal mengingat Fold adalah varian flagship dari lini ponsel lipat mereka. Chipset Snapdragon 8 Gen 3 for Galaxy (8 Elite) merupakan varian paling bertenaga dari Qualcomm saat ini dan telah terbukti stabil serta efisien di berbagai perangkat flagship Samsung lainnya seperti Galaxy S24 Ultra.
“Samsung tidak mengambil risiko untuk lini Fold mereka. Mereka tahu pengguna mengharapkan performa maksimal dan Snapdragon 8 Elite bisa memberikan itu,” tulis BeritaPim dalam laporannya.
Galaxy Z Flip7 Jadi Debut Chip Exynos 2500
Yang mengejutkan, keputusan berbeda justru diambil untuk Galaxy Z Flip7. Menurut laporan yang sama, Samsung akan menyematkan Exynos 2500, chipset terbaru yang dikembangkan sendiri dengan teknologi fabrikasi 3nm.
Keputusan ini tergolong berani karena penggunaan chip Exynos di lini flagship Samsung sebelumnya sempat menuai kritik akibat performa dan efisiensi daya yang tak sebanding dengan Snapdragon. Namun, Samsung dikabarkan telah melakukan banyak perbaikan besar pada arsitektur Exynos 2500, dan menjadikan Galaxy Z Flip7 sebagai debut resminya.
“Samsung ingin menunjukkan bahwa Exynos kini mampu bersaing. Flip7 adalah awal dari era baru chipset buatan mereka sendiri,” tulis BeritaPim.
Meski begitu, ada tanda tanya besar mengapa Exynos 2500 tidak digunakan juga pada Fold7. Diduga, Samsung masih belum yakin dengan kemampuan Exynos untuk mengimbangi beban kerja berat yang biasa dialami ponsel Fold. Masalah produksi massal dan efisiensi daya mungkin juga menjadi pertimbangan.
Tantangan Produksi dan Efisiensi Exynos 2500
Chipset Exynos 2500 sendiri diketahui telah dikembangkan cukup lama. Namun, selama proses produksinya, Samsung menghadapi tantangan besar dalam mencapai yield rate yang optimal untuk teknologi 3nm. Laporan dari media industri menyebutkan bahwa tingkat keberhasilan produksi awal sangat rendah, memicu kekhawatiran tentang kelayakan peluncuran massalnya.
Kini, tampaknya Samsung telah mengatasi hambatan tersebut dan siap untuk menjadikan Galaxy Z Flip7 sebagai tonggak pertama kepercayaan mereka terhadap Exynos generasi terbaru.
Strategi Chipset Ganda Lanjut di Masa Depan
Samsung tampaknya juga akan melanjutkan strategi dual chipset untuk seri flagship mendatang. Berdasarkan bocoran awal, Galaxy S26 series diprediksi akan hadir dalam dua varian chipset: Exynos 2600 untuk pasar Eropa, dan Snapdragon 8 Gen 4 (Elite 2) untuk pasar Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Tiongkok. Hal ini konsisten dengan strategi yang sebelumnya digunakan di seri Galaxy S24.
Sedangkan varian tertinggi, Galaxy S26 Ultra, disebut akan menggunakan Snapdragon secara global, mencerminkan bahwa segmen premium tetap dipercayakan pada performa chipset Qualcomm.
Langkah Samsung yang memisahkan penggunaan chipset antara Galaxy Z Flip7 dan Z Fold7 menandai babak baru dalam strategi teknologi mereka. Jika berhasil, ini bisa menjadi kebangkitan kembali Exynos sebagai pesaing sejati Snapdragon di pasar premium.
Dengan Galaxy Z Flip7 menjadi perangkat lipat pertama yang menggunakan Exynos 2500, Samsung tampaknya ingin membuktikan bahwa teknologi chipset internal mereka sudah siap bersaing. Sementara Galaxy Z Fold7 tetap menjadi andalan dengan Snapdragon 8 Elite, memastikan pengalaman terbaik untuk pengguna kelas atas.
Langkah ini menunjukkan bahwa Samsung tidak hanya bermain aman, tetapi juga berani mengambil risiko untuk membuktikan kekuatan inovasi internal mereka.