JAKARTA - Antusiasme investor kembali terlihat kuat di pasar modal Indonesia menjelang akhir 2025. Salah satu sorotan utama datang dari pencatatan saham bank digital yang langsung menyedot minat besar sejak masa penawaran.
PT Super Bank Indonesia Tbk. dengan kode saham SUPA resmi mencatatkan saham perdananya di bursa pada Rabu, 17 Desember 2025. Perusahaan melepas sebanyak 4.406.612.300 lembar saham atau setara 44.066.123 lot kepada publik.
Jumlah saham yang ditawarkan tersebut mewakili sekitar 13 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah penawaran umum perdana. Langkah ini menjadi tonggak penting bagi Superbank dalam memasuki fase pertumbuhan baru sebagai bank digital.
Berdasarkan penjatahan pasti atau fixed allotment, saham SUPA mencatatkan kelebihan permintaan hingga 8,97 kali. Minat investor tercermin dari total pesanan yang mencapai puluhan miliar saham.
Data bursa menunjukkan total pemesanan saham SUPA mencapai 39.510.494.600 lembar saham. Angka tersebut jauh melampaui jumlah saham yang ditawarkan kepada publik.
Tingginya minat juga tercermin dari penjatahan terpusat atau pooling allotment. Pada skema ini, saham SUPA tercatat mengalami oversubscribed hingga 318,69 kali.
Jumlah order yang masuk pada pooling allotment bahkan menembus lebih dari satu juta pesanan. Capaian ini menjadi salah satu rekor permintaan tertinggi pada penawaran umum perdana tahun ini.
Minat Investor Menguat, Sinyal Positif bagi Bank Digital
CEO Sucor Sekuritas Bernadus Wijaya menilai lonjakan permintaan tersebut sebagai sinyal positif bagi pasar modal domestik. Menurutnya, respons investor mencerminkan optimisme terhadap emiten berbasis digital.
“IPO SUPA mencetak rekor dengan tingkat oversubscription 318 kali dan permintaan investor lebih dari 1 juta order, mencerminkan kepercayaan pasar terhadap fundamental dan prospek Superbank,” ujarnya.
Bernadus menambahkan bahwa tingginya tingkat oversubscription berpotensi mendorong likuiditas perdagangan saham SUPA. Likuiditas yang baik dinilai penting dalam menjaga daya tarik saham pasca pencatatan.
Selain itu, pencatatan saham Superbank dinilai dapat menjadi katalis bagi pengembangan sektor perbankan digital. Kehadiran emiten digital baru memperkaya pilihan investasi di bursa.
Respons pasar yang sangat kuat menjelang pencatatan juga menegaskan solidnya selera investor terhadap IPO berkualitas. Kondisi ini terjadi di tengah volatilitas pasar dan selektivitas investasi yang semakin ketat pada akhir 2025.
Superbank sebelumnya telah menetapkan harga IPO sebesar Rp635 per saham. Harga tersebut berada di tengah rentang bookbuilding yang ditawarkan pada kisaran Rp525 hingga Rp695 per lembar saham.
Dengan harga tersebut, total nilai penawaran umum perdana mencapai Rp2.798.198.810.500 atau sekitar Rp2,79 triliun. Dana ini menjadi modal penting untuk mendukung ekspansi bisnis ke depan.
Penetapan harga di level tengah dinilai mencerminkan keseimbangan antara valuasi dan minat investor. Strategi ini terbukti mampu menarik permintaan yang sangat besar.
Strategi Pemanfaatan Dana IPO untuk Pertumbuhan Bisnis
Sebagian besar dana hasil IPO akan dialokasikan untuk mendukung kegiatan operasional inti perusahaan. Superbank berencana menggunakan sekitar 70 persen dana untuk modal kerja penyaluran kredit.
Langkah tersebut diharapkan dapat memperkuat fungsi intermediasi perusahaan. Penyaluran kredit menjadi salah satu pilar utama pertumbuhan bank digital.
Sisa sekitar 30 persen dana IPO dialokasikan untuk belanja modal. Dana ini akan digunakan untuk mendukung kegiatan usaha perseroan secara berkelanjutan.
Belanja modal mencakup pengembangan produk pendanaan dan pembiayaan. Selain itu, dana juga dialokasikan untuk pengembangan sistem pembayaran digital.
Superbank turut mengalokasikan investasi untuk infrastruktur teknologi informasi. Penguatan sistem operasional menjadi prioritas untuk mendukung skala bisnis yang terus tumbuh.
Perusahaan juga menyiapkan dana untuk investasi pada kecerdasan buatan dan data analitik. Langkah ini bertujuan meningkatkan kualitas layanan dan efisiensi operasional.
Peningkatan keamanan siber turut menjadi fokus utama penggunaan dana IPO. Perlindungan data nasabah dinilai krusial dalam industri perbankan digital.
Proses penawaran umum perdana Superbank didukung oleh sejumlah perusahaan sekuritas. Empat sekuritas bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek.
Mandiri Sekuritas, CLSA Sekuritas Indonesia, Trimegah Sekuritas Indonesia, dan Sucor Sekuritas terlibat dalam proses tersebut. Selain itu, Bahana Sekuritas dan Korean Investment and Sekuritas Indonesia bertindak sebagai penjamin emisi.
Keterlibatan berbagai institusi keuangan besar memperkuat kredibilitas IPO Superbank. Hal ini turut meningkatkan kepercayaan investor terhadap proses penawaran.
Perjalanan Superbank dan Penguatan Ekosistem Digital
Superbank merupakan bank digital yang sebelumnya bernama PT Bank Fama International. Perusahaan ini berdiri di Bandung pada tahun 1993.
Pada awal 2023, perusahaan resmi berganti nama menjadi Superbank. Kantor pusat pun dipindahkan ke Jakarta dengan cabang di Jakarta dan Bandung.
Transformasi besar terjadi ketika Superbank menjadi bagian dari Emtek Group pada akhir 2021. Langkah ini membuka jalan bagi penguatan ekosistem digital perusahaan.
Keterlibatan Grab dan Singtel menyusul pada awal 2022 sebagai bagian dari konsorsium. Pada 2023, KakaoBank turut bergabung memperkuat struktur kepemilikan.
Memasuki 2024, Superbank memperluas portofolio produk digitalnya. Berbagai produk tabungan dan pinjaman inovatif diluncurkan untuk menjangkau segmen yang lebih luas.
Produk seperti Saku by Superbank dan Celengan by Superbank menjadi andalan perusahaan. Superbank juga menawarkan produk deposito dengan bunga kompetitif dan tenor fleksibel.
Deposito yang ditawarkan memiliki jangka waktu mulai dari tujuh hari. Fleksibilitas ini menjadi daya tarik bagi nasabah digital.
Superbank juga meluncurkan Pinjaman Atur Sendiri atau PAS. Produk ini dirancang untuk memberikan fleksibilitas bagi nasabah dalam mengatur pinjaman.
Melalui kolaborasi strategis, Superbank bersama OVO meluncurkan fitur OVO Nabung. Fitur ini memungkinkan saldo OVO diubah menjadi tabungan berbunga.
Hingga 15 Agustus 2025, pemegang saham mayoritas Superbank adalah PT Elang Media Visitama. Perusahaan ini menggenggam 31,11 persen kepemilikan saham.
Pemegang saham lainnya meliputi PT Kudo Teknologi Indonesia, GXS Bank Pte. Ltd., dan A5-DB Holdings Pte. Ltd. Kepemilikan masing-masing tercatat sebesar 19,16 persen, 12 persen, dan 11,52 persen.
Dengan struktur kepemilikan dan strategi bisnis yang kuat, Superbank menatap fase baru sebagai emiten publik. IPO ini menjadi pijakan penting untuk mempercepat pertumbuhan di industri perbankan digital Indonesia.