Harga Pangan Nasional

Harga Pangan Nasional Terbaru Awal Pekan, Cabai Rawit Merah dan Telur Ayam Ras Terus Merangkak Naik

Harga Pangan Nasional Terbaru Awal Pekan, Cabai Rawit Merah dan Telur Ayam Ras Terus Merangkak Naik
Harga Pangan Nasional Terbaru Awal Pekan, Cabai Rawit Merah dan Telur Ayam Ras Terus Merangkak Naik

JAKARTA - Pergerakan harga pangan nasional kembali menjadi perhatian masyarakat, terutama menjelang aktivitas harian yang semakin padat. Kenaikan sejumlah komoditas strategis memengaruhi pola belanja rumah tangga dan pelaku usaha kecil di berbagai daerah.

Kondisi ini mencerminkan dinamika pasar pangan yang terus berubah dari waktu ke waktu. Faktor distribusi, cuaca, hingga permintaan musiman kerap menjadi pemicu fluktuasi harga di tingkat pedagang eceran.

Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional yang dikelola Bank Indonesia mencatat adanya kenaikan pada beberapa komoditas utama. Dua di antaranya adalah cabai rawit merah dan telur ayam ras yang kembali mencatat harga tinggi.

Berdasarkan data terbaru, harga cabai rawit merah tercatat menembus angka Rp73.850 per kilogram. Angka ini menunjukkan tekanan harga yang masih cukup kuat di pasar pangan nasional.

Selain cabai rawit merah, telur ayam ras juga berada pada level yang relatif tinggi. Harga telur ayam ras tercatat sebesar Rp33.000 per kilogram di tingkat pedagang eceran.

Kenaikan harga dua komoditas tersebut cukup terasa bagi masyarakat. Cabai rawit merah dan telur ayam ras merupakan bahan pangan yang kerap dikonsumsi sehari-hari.

Perkembangan Harga Bumbu Dapur Utama

Selain cabai rawit merah, PIHPS Nasional juga mencatat harga bawang merah yang masih berada di level tinggi. Harga bawang merah tercatat sebesar Rp52.650 per kilogram secara nasional.

Sementara itu, harga bawang putih tercatat berada di angka Rp40.000 per kilogram. Komoditas ini tetap menjadi salah satu bahan dapur dengan harga relatif stabil dibandingkan komoditas lain.

Cabai merah besar juga mengalami pergerakan harga yang cukup signifikan. Harga cabai merah besar tercatat sebesar Rp52.200 per kilogram.

Untuk jenis cabai merah keriting, harga tercatat berada di angka Rp56.100 per kilogram. Angka ini menunjukkan perbedaan harga yang cukup tipis dibandingkan cabai merah besar.

Sementara itu, harga cabai rawit hijau tercatat mencapai Rp62.000 per kilogram. Posisi harga ini berada di bawah cabai rawit merah, namun masih tergolong tinggi.

Perbedaan harga antarjenis cabai mencerminkan variasi pasokan dan tingkat permintaan. Setiap jenis cabai memiliki segmentasi pasar dan kebutuhan konsumsi yang berbeda.

Kondisi ini membuat konsumen perlu lebih cermat dalam mengatur pengeluaran. Banyak rumah tangga mulai menyesuaikan jenis dan jumlah pembelian cabai.

Harga Beras dan Bahan Pokok Karbohidrat

Di sisi lain, harga beras sebagai bahan pangan pokok juga tercatat beragam. PIHPS mencatat harga beras kualitas bawah I berada di angka Rp14.400 per kilogram.

Beras kualitas bawah II tercatat sedikit lebih rendah. Harga komoditas tersebut berada di level Rp14.350 per kilogram.

Untuk beras kualitas medium I, harga tercatat sebesar Rp15.900 per kilogram. Sementara itu, beras kualitas medium II berada di harga Rp15.800 per kilogram.

Beras kualitas super juga menunjukkan variasi harga. Beras kualitas super I tercatat berada di angka Rp17.100 per kilogram.

Sedangkan beras kualitas super II tercatat seharga Rp16.650 per kilogram. Selisih harga antarjenis beras mencerminkan kualitas dan preferensi konsumen.

Kondisi harga beras yang relatif stabil dibandingkan komoditas lain menjadi perhatian tersendiri. Stabilitas ini penting mengingat beras merupakan makanan pokok sebagian besar masyarakat.

Namun demikian, perbedaan kualitas tetap memengaruhi pilihan konsumen. Rumah tangga menyesuaikan pembelian beras berdasarkan kemampuan dan kebutuhan.

Harga Protein Hewani dan Produk Ternak

Selain telur ayam ras, harga daging ayam ras juga tercatat cukup tinggi. PIHPS mencatat harga daging ayam ras berada di angka Rp41.600 per kilogram.

Sementara itu, harga daging sapi kualitas I tercatat mencapai Rp141.850 per kilogram. Angka ini menunjukkan harga protein hewani yang masih relatif mahal.

Untuk daging sapi kualitas II, harga tercatat sebesar Rp133.950 per kilogram. Perbedaan harga ini mencerminkan kualitas daging dan tingkat permintaan di pasar.

Harga protein hewani yang tinggi turut memengaruhi pola konsumsi masyarakat. Sebagian konsumen mulai mengurangi frekuensi pembelian daging sapi.

Telur ayam ras menjadi alternatif protein yang lebih terjangkau. Namun, kenaikan harga telur membuat pilihan tersebut tidak lagi semurah sebelumnya.

Kondisi ini mendorong masyarakat mencari sumber protein lain. Beberapa beralih ke tahu, tempe, atau ikan dengan harga yang lebih stabil.

Harga Gula dan Minyak Goreng

Untuk komoditas pemanis, harga gula pasir kualitas premium tercatat sebesar Rp19.750 per kilogram. Sementara itu, gula pasir lokal berada di harga Rp18.200 per kilogram.

Perbedaan harga gula ini dipengaruhi oleh kualitas dan proses produksi. Gula premium biasanya memiliki tingkat kemurnian yang lebih tinggi.

Di sektor minyak goreng, harga minyak goreng curah tercatat sebesar Rp18.850 per liter. Harga ini masih menjadi pilihan bagi konsumen yang mengutamakan harga terjangkau.

Sementara itu, minyak goreng kemasan bermerek I tercatat di harga Rp22.500 per liter. Untuk minyak goreng kemasan bermerek II, harga berada di angka Rp21.550 per liter.

Perbedaan harga minyak goreng ini memberikan alternatif bagi konsumen. Pilihan antara curah dan kemasan disesuaikan dengan kebutuhan dan preferensi.

Kenaikan dan variasi harga minyak goreng turut memengaruhi biaya memasak harian. Pelaku usaha kuliner kecil juga merasakan dampak langsung dari fluktuasi ini.

Dampak Fluktuasi Harga bagi Masyarakat

Pergerakan harga pangan ini menjadi indikator penting kondisi ekonomi rumah tangga. Setiap kenaikan harga berpotensi mengurangi daya beli masyarakat.

Bagi kelompok berpenghasilan menengah ke bawah, kenaikan harga cabai dan telur terasa signifikan. Kedua komoditas tersebut hampir selalu hadir dalam menu harian.

Situasi ini mendorong masyarakat untuk lebih selektif dalam berbelanja. Banyak yang mulai mengatur ulang menu harian agar tetap sesuai anggaran.

Di sisi lain, pedagang eceran juga menghadapi tantangan tersendiri. Fluktuasi harga membuat mereka harus menyesuaikan stok dan strategi penjualan.

Kondisi pasar yang dinamis menuntut keseimbangan antara pasokan dan permintaan. Ketika pasokan terganggu, harga cenderung bergerak naik.

Faktor cuaca juga sering memengaruhi ketersediaan komoditas pangan. Produksi cabai, bawang, dan sayuran sangat bergantung pada kondisi alam.

Peran Data Harga dalam Pengambilan Keputusan

Data harga pangan yang dicatat secara berkala menjadi acuan penting. Informasi ini membantu pemerintah dan masyarakat memantau kondisi pasar.

Dengan adanya data PIHPS, masyarakat dapat mengetahui harga rata-rata nasional. Informasi ini menjadi pembanding dengan harga di pasar lokal.

Bagi pemerintah daerah, data harga menjadi dasar dalam merumuskan kebijakan pengendalian inflasi. Langkah intervensi dapat dilakukan jika harga bergerak terlalu tinggi.

Stabilitas harga pangan menjadi salah satu indikator keberhasilan pengelolaan ekonomi. Ketika harga terkendali, daya beli masyarakat dapat terjaga.

Namun, fluktuasi tetap menjadi tantangan yang harus dihadapi bersama. Koordinasi antarinstansi dan pelaku usaha menjadi kunci menjaga keseimbangan pasar.

Ke depan, pemantauan harga secara berkelanjutan tetap dibutuhkan. Dengan informasi yang transparan, masyarakat dapat lebih siap menghadapi dinamika harga pangan nasional.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index