Pertamina Geothermal Energy

Pertamina Geothermal Energy Perkuat Energi Bersih Jadi Pilar Transisi Nasional

Pertamina Geothermal Energy Perkuat Energi Bersih Jadi Pilar Transisi Nasional
Pertamina Geothermal Energy Perkuat Energi Bersih Jadi Pilar Transisi Nasional

JAKARTA - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) semakin menegaskan perannya dalam transisi energi Indonesia. Perusahaan memanfaatkan potensi panas bumi secara berkelanjutan untuk mendukung kedaulatan energi nasional.

Direktur Utama PGEO, Julfi Hadi, menekankan bahwa potensi panas bumi Indonesia mencapai 24 gigawatt, sekitar 40 persen dari cadangan dunia. Hal ini memberi mandat besar bagi PGEO untuk mengubah sumber daya alam menjadi energi bersih yang andal.

“PGE adalah tulang punggung transisi energi Indonesia,” kata Julfi dalam keterangan resmi, Senin (20/10/2025). Ia menegaskan, pengelolaan bertanggung jawab akan memastikan energi bersih menjadi fondasi masa depan hijau Indonesia.

Dalam satu tahun terakhir, PGEO mencatat sejumlah pencapaian penting, salah satunya beroperasinya PLTP Lumut Balai Unit 2 (55 MW) di Muara Enim, Sumatera Selatan. Proyek ini menunjukkan kemajuan teknologi efisien dan ramah lingkungan di sektor panas bumi nasional.

Selain itu, PGEO memulai pembangunan PLTP Gunung Tiga (55 MW) di Ulubelu, Lampung, pada Agustus 2025. Proyek ini akan memperkuat sistem kelistrikan Sumatera dan menjadi tonggak target 1 GW kapasitas mandiri dalam 2–3 tahun mendatang.

Target jangka panjang PGEO adalah mencapai kapasitas 1,8 GW pada 2033. Pencapaian ini sejalan dengan strategi pemerintah meningkatkan kontribusi energi baru terbarukan dalam sistem kelistrikan nasional.

Inovasi dan Green Hydrogen

PGEO juga memimpin pengembangan Green Hydrogen di Pilot Project Ulubelu. Proyek ini membangun rantai nilai hidrogen hijau dari produksi hingga pemanfaatan, sebagai langkah awal menuju industri rendah karbon.

Langkah ini mendukung target Net Zero Emission 2060. Green Hydrogen menjadi bagian strategi PGEO dalam mengintegrasikan inovasi teknologi dengan energi terbarukan.

Selain itu, PGEO menunjukkan komitmen tinggi terhadap prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG). Perusahaan masuk dalam Top 50 ESG Global versi Sustainalytics dengan skor risiko ESG 7,1 dan tingkat risiko yang dapat diabaikan.

PGEO juga meraih 18 penghargaan PROPER Emas dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. PGE Area Kamojang meraih PROPER Emas 14 kali berturut-turut, menjadi rekor tertinggi di sektor panas bumi Indonesia.

Pemanfaatan Panas Bumi untuk Masyarakat

PGEO mengembangkan pemanfaatan langsung panas bumi (Direct Use Geothermal). Program ini meliputi pengeringan kopi dengan Geothermal Dry House, budidaya melon geothermal, dan pupuk Geo-fert dari uap panas bumi.

Inisiatif ini meningkatkan ekonomi lokal dan memperkuat peran masyarakat dalam ekosistem transisi energi. Selain itu, program ini mendukung praktik pertanian berkelanjutan dengan memanfaatkan energi bersih yang tersedia.

PGEO juga membina komunitas sekitar proyek PLTP dengan berbagai program pelatihan dan pendidikan. Hal ini memastikan manfaat sosial dari proyek energi hijau dapat dirasakan secara langsung.

Target Produksi Listrik 2025

PGEO menargetkan produksi listrik pada 2025 mencapai 4.930 GWh. Direktur Keuangan PGE, Yurizki Rio, menyebutkan perusahaan akan menjaga margin level untuk memastikan profitabilitas tetap sehat.

“Kita kemarin itu 4.800 all time high, tahun ini meningkat menjadi 4.930 GWh,” ujar Yurizki dalam Media Briefing, Rabu (26/3/2025). PGEO optimistis bisa meraih pendapatan dan laba bersih yang lebih baik tahun ini.

Untuk mencapai target, PGEO berencana menambah kapasitas pembangkit. PLTP Lumut Balai Unit 2 dengan kapasitas 55 MW dijadwalkan masuk tahap Commissioning Operation Date (COD) pada Juni 2025.

Pada 2024, PGEO mencatat produksi listrik tertinggi sepanjang sejarah, didukung kinerja operasional di beberapa wilayah kerja. Produksi listrik meningkat di Kamojang (+5,36% YoY), Lahendong (+0,40%), dan Lumut Balai (+2,72% YoY), total mencapai 4.827,22 GWh.

Kinerja ini mencerminkan stabilitas dan efisiensi operasional perusahaan. Pencapaian ini juga menegaskan PGEO sebagai tulang punggung penyedia energi bersih nasional.

Kinerja Keuangan yang Solid

Dari sisi keuangan, PGEO berhasil menjaga ketahanan bisnis dan profitabilitas. Pendapatan perusahaan meningkat menjadi USD 407,12 juta pada 2024 dari USD 406,29 juta pada tahun sebelumnya.

Laba bersih tercatat USD 160,30 juta, meski sedikit turun dari USD 163,57 juta tahun sebelumnya. PGEO tetap menjaga kas operasional yang kuat dan efisiensi dalam pengelolaan biaya.

Pencapaian ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu menyeimbangkan antara ekspansi kapasitas energi dan kesehatan finansial. Hal ini penting untuk mendukung investasi berkelanjutan di sektor panas bumi.

PGEO juga menyiapkan strategi jangka panjang untuk menjaga stabilitas keuangan sambil terus menambah kapasitas pembangkit. Kombinasi manajemen efisien dan inovasi teknologi menjadi kunci keberhasilan perusahaan.

PT Pertamina Geothermal Energy Tbk membuktikan perannya sebagai tulang punggung transisi energi Indonesia. Perusahaan tidak hanya fokus pada produksi listrik, tetapi juga inovasi teknologi, keberlanjutan lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat.

Dengan proyek Green Hydrogen, pemanfaatan langsung panas bumi, dan ekspansi kapasitas pembangkit, PGEO siap mendukung kemandirian energi nasional. Langkah-langkah ini juga menjadi fondasi penting dalam mencapai target Net Zero Emission 2060 dan masa depan energi hijau Indonesia.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index