JAKARTA - Hari pertama sekolah bagi anak bukan sekadar rutinitas seragam baru dan bekal makan siang. Bagi mereka, ini adalah momen besar yang penuh campuran perasaan antara kegembiraan dan kecemasan, sekaligus menandai babak baru dalam hidup. Dalam situasi ini, kehadiran ayah di sisi anak ternyata membawa dampak psikologis yang sangat signifikan jauh lebih dari sekadar menemani.
Pemerintah pun menyadari pentingnya peran ayah di momen krusial ini, hingga mengeluarkan Surat Edaran yang mengizinkan ASN untuk hadir mengantar anak di hari pertama sekolah, bahkan memberikan dispensasi jam kerja demi mendukung gerakan ini. Tapi, kenapa sih kehadiran ayah bisa sampai dianggap sepenting itu?
Ternyata, sejumlah penelitian ilmiah menunjukkan bahwa momen sederhana seperti mengantar anak sekolah pada hari pertama menjadi kunci bagi perkembangan emosional, rasa aman, dan bonding keluarga yang lebih kuat. Berikut ini tujuh alasan ilmiah mengapa ayah sebaiknya tak melewatkan kesempatan berharga tersebut.
1. Membangun Rasa Aman yang Membantu Anak Mengatasi Kecemasan
Menurut American Academy of Pediatrics, kehadiran fisik ayah pada momen-momen baru seperti hari pertama sekolah mampu mengurangi kecemasan anak secara signifikan. Saat anak merasa bahwa ayah dan ibu sama-sama hadir, rasa aman dan percaya diri mereka meningkat. Bahkan pelukan ayah di pagi hari dapat menurunkan hormon stres kortisol, yang biasanya meningkat saat anak menghadapi situasi baru.
2. Momen Bonding yang Terbentuk dari Kesederhanaan
Seringkali ayah berpikir bonding hanya terjadi lewat aktivitas besar seperti liburan atau bermain bersama. Padahal, momen sederhana seperti mengantar anak ke sekolah juga menyimpan kekuatan emosional yang besar. Hari pertama sekolah adalah campuran emosi antara gugup, penasaran, dan semangat—hadir di sana membuat ayah menjadi bagian dari kenangan emosional berharga itu.
3. Mengajarkan Anak Tentang Sistem Dukungan Keluarga
Ketika ayah ikut mengantar anak, anak belajar bahwa keluarga itu sebuah tim yang saling peduli, bukan sekadar peran gender yang kaku. Ayah menunjukkan bahwa ia hadir untuk hal-hal penting dalam hidup anak, bukan hanya soal mencari nafkah. Ini menguatkan persepsi anak bahwa dukungan keluarga datang dari kedua orang tua secara seimbang.
4. Dorongan Kepercayaan Diri untuk Adaptasi Sosial
Dalam jurnal "Father Involvement and Child Development" oleh Dr. Kyle Pruett dari Yale University, anak yang mendapat dukungan aktif dari ayah cenderung lebih percaya diri dan mampu beradaptasi dengan lingkungan sosial lebih baik. Hari pertama sekolah merupakan ujian awal adaptasi sosial, dan kehadiran ayah dapat menjadi dorongan besar agar anak yakin bisa melewati tantangan tersebut.
5. Momen Sekali Seumur Hidup yang Berkesan
Hari pertama sekolah adalah peristiwa unik yang hanya terjadi sekali dan tidak bisa diulang dengan sensasi yang sama. Kehadiran ayah menambah nilai emosional momen tersebut, bukan hanya bagi anak tapi juga ayah itu sendiri. Bayangkan suatu hari anak menatap foto masa kecilnya dan mengingat, “Aku takut waktu itu, tapi ayah datang dan genggam tanganku.” Kenangan itu sangat berharga dan membekas seumur hidup.
6. Mengubah Persepsi Budaya tentang Peran Ayah dan Ibu
Budaya kita masih banyak yang menganggap urusan sekolah anak adalah domain ibu. Namun, hadir di hari pertama sekolah adalah cara nyata ayah untuk ikut menggeser narasi ini. Ini menunjukkan bahwa parenting adalah tanggung jawab bersama dan tidak hanya sekadar soal mencari nafkah. Ayah yang peduli secara emosional memperkuat makna peran orang tua dalam keluarga.
7. Menjadi Role Model bagi Anak Laki-laki dan Perempuan
Anak laki-laki melihat ayah sebagai panutan utama, sementara anak perempuan menjadikan ayah sebagai referensi pertama tentang sosok laki-laki yang dapat diandalkan. Dengan ikut hadir dan mendampingi, ayah memperlihatkan sikap peduli, suportif, dan penuh kasih sayang yang akan membentuk persepsi anak tentang hubungan interpersonal mereka kelak.
Satu Jam di Pagi Hari Pertama Sekolah, Investasi Emosional Seumur Hidup
Ayah, jangan anggap remeh momen ini! Cukup satu jam pagi hari, menyiapkan sarapan, ikut berfoto bersama, dan menemani anak masuk sekolah sudah cukup menciptakan kenangan emosional yang akan terus dikenang anak sepanjang hidupnya. Bila memungkinkan, ambillah cuti atau atur ulang jam kerja agar bisa hadir. Jika tidak, tetap hadir lewat voice note atau video call agar anak tahu bahwa ayah ada dan peduli.
Kehadiran ayah di hari pertama sekolah bukan hanya soal “gantian sama ibu”, tapi tentang membangun fondasi psikologis dan emosional yang kuat bagi anak sekaligus mempererat ikatan keluarga secara keseluruhan. Ini investasi kecil yang dampaknya bisa bertahan seumur hidup.