JAKARTA - Rorano, ramuan tradisional berbahan rempah-rempah khas Ternate, kembali menjadi sorotan dalam diskusi budaya dan kesehatan bertajuk “Rorano: Warisan Rempah Ternate untuk Kesehatan Masyarakat” yang digelar di Laboratorium Terpadu Poltekkes Kemenkes Ternate. Acara ini mempertemukan para ahli, akademisi, dan penggiat budaya untuk membahas potensi besar Rorano sebagai pendekatan kesehatan holistik berbasis kearifan lokal.
Ramuan tradisional ini telah digunakan turun-temurun oleh masyarakat Maluku Utara, khususnya di Ternate, untuk berbagai tujuan kesehatan. Tidak hanya untuk perempuan dan anak-anak, Rorano juga dipercaya mampu membantu mencegah penyakit ringan, mempercepat pemulihan setelah sakit, hingga menjaga daya tahan tubuh secara umum.
“Rorano itu bukan sekadar ramuan. Ia merupakan bagian dari identitas kita sebagai orang Ternate. Selama ratusan tahun digunakan, efeknya dirasakan langsung oleh masyarakat. Tapi untuk bisa masuk ke sistem kesehatan formal, kita harus melalui tahapan ilmiah, termasuk uji klinis,” ujar Nurkila Suaib, peneliti sekaligus penggiat pelestarian budaya lokal dalam forum tersebut.
Dari Tradisi ke Pendekatan Ilmiah
Saat ini, baik Nurkila Suaib maupun rekannya Irawati Umaternate tengah melakukan penelitian ilmiah terhadap Rorano. Langkah ini diambil sebagai bentuk usaha untuk membuktikan secara akademik manfaat dari ramuan rempah tersebut, yang selama ini hanya dikenal melalui praktik empiris masyarakat adat.
Namun, menurut Irawati, upaya ini tidak lepas dari berbagai tantangan serius. “Uji klinis memerlukan biaya besar, SDM yang terlatih, dan waktu yang panjang. Ini menjadi kendala utama kami saat ini,” ungkapnya.
Kendati demikian, mereka tetap optimis. Keduanya berharap adanya dukungan dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah daerah, lembaga penelitian, hingga komunitas kesehatan, agar potensi besar Rorano bisa terus dikembangkan secara ilmiah dan bertanggung jawab.
Perpaduan Kesehatan dan Budaya
Acara yang digelar Rabu, 11 Juni 2025 ini dihadiri oleh berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa kebidanan, tokoh adat, penggiat budaya, hingga praktisi kesehatan. Diskusi berlangsung dinamis, membahas tidak hanya tentang komposisi bahan-bahan alami dalam Rorano seperti jahe, kunyit, sereh, dan daun-daunan lokal, tetapi juga strategi mempertahankan eksistensi budaya dalam era modern.
“Warisan budaya seperti Rorano jangan hanya dilihat sebagai bagian dari masa lalu. Justru saat ini kita butuh solusi lokal yang bisa menyatu dengan ilmu pengetahuan,” ujar salah satu peserta diskusi, seorang mahasiswa kebidanan Poltekkes.
Dalam forum ini juga ditegaskan pentingnya kolaborasi antara masyarakat adat dan ilmuwan untuk mendokumentasikan, menguji, dan mengembangkan ramuan tradisional secara lebih sistematis. Bila pendekatan ini berhasil, Rorano tidak hanya akan tetap lestari sebagai bagian dari budaya, tapi juga berpotensi menjadi solusi kesehatan berbasis lokal yang diakui secara medis.
Peluang Besar di Tengah Tantangan
Rorano tidak hanya mengandung nilai pengobatan alami, tetapi juga mencerminkan kekayaan pengetahuan lokal yang telah diwariskan secara turun-temurun. Dalam konteks kesehatan modern, pengakuan ilmiah terhadap pengobatan tradisional menjadi salah satu langkah penting untuk menciptakan sistem kesehatan yang lebih inklusif dan beragam.
“Jika penelitian ini berhasil dan mendapat dukungan yang tepat, Rorano bisa menjadi contoh sukses bagaimana warisan budaya lokal bisa masuk ke dalam sistem kesehatan nasional secara aman dan terstandar,” ujar Nurkila menegaskan.
Namun, tanpa dukungan serius dari pemerintah maupun dunia akademik, inovasi seperti ini berpotensi terhenti di tengah jalan. Oleh sebab itu, diskusi seperti ini dinilai sangat penting sebagai penggerak kesadaran dan inisiatif kolaboratif lintas sektor.
Lewat acara obrolan budaya ini, masyarakat diingatkan kembali bahwa ramuan tradisional seperti Rorano bukan hanya produk masa lalu, tapi bisa menjadi harapan masa depan dalam dunia kesehatan yang lebih menyatu dengan akar budaya. Dengan sinergi antara ilmu pengetahuan, kebijakan pemerintah, dan kearifan lokal, Rorano memiliki peluang besar untuk bertransformasi dari sekadar warisan budaya menjadi inovasi kesehatan nasional.
Event ini diharapkan menjadi langkah awal untuk memperluas pemahaman masyarakat serta mempercepat upaya pelestarian sekaligus pengembangan ramuan tradisional Indonesia yang selama ini masih tersimpan di balik warisan leluhur.