AI

Kontrol Teknologi AI Harus Tetap di Tangan Manusia

Kontrol Teknologi AI Harus Tetap di Tangan Manusia
Kontrol Teknologi AI Harus Tetap di Tangan Manusia

JAKARTA - Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) terus melaju pesat dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern. Namun, di tengah kemajuan ini, muncul pula tantangan besar, terutama bagi umat Islam dalam menjaga nilai-nilai etika, tanggung jawab, dan kontrol moral terhadap penggunaan teknologi tersebut. Hal ini disampaikan oleh Ustadz Anggi Azzuhri, MA, dalam acara Dialog Kajian Islam bertema “Islam dan AI: Tuntunan di Era Digital”.

Sebagai pengurus IKAT Aceh dan peneliti doktoral di Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), Ustadz Anggi menegaskan bahwa meskipun AI memiliki kemampuan luar biasa, ia tetap hanya alat bantu. Kendali sepenuhnya harus tetap berada di tangan manusia.

“AI itu tidak bisa menggantikan fungsi manusia sebagai khalifah di bumi. Islam mengajarkan bahwa kita bertanggung jawab penuh atas teknologi yang kita ciptakan,” tegasnya.

Etika dan Tanggung Jawab Penggunaan AI

Ustadz Anggi menekankan pentingnya kesadaran umat Islam terhadap risiko penyalahgunaan AI, terutama dalam konteks penggunaan data pribadi seperti wajah dan suara. Ia menyebutkan bahwa AI saat ini sudah sering digunakan tanpa kendali etik yang memadai, bahkan hingga ke wilayah pelanggaran hukum.

“Jangan tunggu kejadian, baru kita bereaksi. Idealnya, umat Islam bersikap proaktif dalam menyikapi penggunaan data pribadi yang dapat merugikan secara moral dan hukum,” jelasnya.

Menurutnya, Islam memiliki landasan kuat untuk membimbing umat dalam menyikapi setiap perkembangan zaman, termasuk dalam menghadapi tantangan teknologi seperti AI. Etika Islam, kata dia, harus diintegrasikan ke dalam proses desain, pengembangan, hingga penggunaan AI agar tidak menciptakan mudarat yang lebih besar daripada manfaatnya.

AI dalam Dunia Dakwah: Peluang Sekaligus Tantangan

Tidak hanya menyoroti sisi negatif, Ustadz Anggi juga melihat potensi besar AI dalam dunia dakwah Islam. Ia menyebut bahwa AI dapat menjadi alat yang sangat efektif dalam menyampaikan pesan-pesan kebaikan secara konsisten dan luas.

“Pesan dakwah bersifat repetitif. AI bisa bantu menyebarkan konten, sehingga para dai bisa fokus pada hal-hal strategis lain,” ujarnya.

Namun ia mengingatkan, setiap konten dakwah yang akan disebarluaskan oleh sistem AI tetap harus melalui proses validasi oleh manusia. Hal ini untuk memastikan bahwa pesan yang dibagikan sesuai dengan ajaran Islam dan tidak menimbulkan salah tafsir.

Waspadai Penyalahgunaan AI untuk Tindak Kriminal

Lebih lanjut, Ustadz Anggi mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kecenderungan penyalahgunaan AI untuk aktivitas ilegal. Ia menyinggung adanya kasus nyata di mana AI dimanfaatkan untuk memberikan panduan tentang tindakan kriminal, seperti peretasan atau pembobolan sistem.

“Penyalahgunaan AI sudah terjadi. Kita harus memperkuat etika dalam desain dan penggunaan AI, bukan hanya mengejar kecanggihannya,” ungkapnya.

Ia mengajak para pemangku kepentingan, baik di bidang pendidikan, teknologi, maupun keagamaan, untuk bekerja sama membangun fondasi moral dan etika dalam ekosistem digital.

Membangun Generasi Muda yang Kritis dan Tangguh

Dalam menghadapi era digital yang bergerak cepat, Ustadz Anggi juga menekankan pentingnya pembentukan karakter generasi muda yang tidak hanya mahir teknologi, tetapi juga memiliki kemampuan etis dan kritis dalam menyikapi perkembangan zaman.

“Kemampuan menentukan mana yang baik dan buruk tanpa harus bertanya ke orang lain adalah kunci. Kalau sudah bisa itu, maka kita tak perlu khawatir anak-anak kita akan terjerumus oleh teknologi,” jelasnya.

Ia juga mengingatkan pentingnya membuka diri terhadap teknologi dengan pendekatan edukatif, bukan reaktif. Menurutnya, banyak pihak yang menolak teknologi hanya karena kurang memahami cara kerjanya.

“Jangan sampai kita tolak teknologi hanya karena belum paham. Itu bisa membuat kita tertinggal. Pelajari dulu, lalu ambil sikap yang bijak,” pungkasnya.

Pesan yang dibawa oleh Ustadz Anggi dalam dialog tersebut sangat relevan di tengah gelombang teknologi yang terus berkembang, khususnya AI. Islam, sebagai agama yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, memberikan kerangka moral yang kuat untuk mengarahkan pemanfaatan teknologi secara bertanggung jawab. Kunci utamanya, menurut Ustadz Anggi, adalah memastikan bahwa kendali atas AI tetap berada di tangan manusia, bukan sebaliknya.

Dengan penguatan nilai-nilai etika, pendidikan karakter, serta keterlibatan aktif masyarakat Muslim dalam memahami dan mengembangkan teknologi, AI bisa menjadi alat yang bukan hanya canggih, tetapi juga membawa manfaat besar bagi umat dan kemanusiaan secara luas.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index