Pendidikan

Industri Pendidikan Digital: Kemendikdasmen Perkenalkan Coding dan AI di Sekolah

Industri Pendidikan Digital: Kemendikdasmen Perkenalkan Coding dan AI di Sekolah
Industri Pendidikan Digital: Kemendikdasmen Perkenalkan Coding dan AI di Sekolah

JAKARTA - Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) mengambil langkah strategis untuk mempercepat transformasi pendidikan digital di Indonesia melalui pengenalan pembelajaran coding dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) di sekolah dasar hingga menengah. Program ini dirancang sebagai bagian dari kurikulum pilihan yang akan diterapkan mulai tahun ajaran 2025-2026.

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Prof. Dr. Abdul Mu’ti, menyampaikan bahwa inisiatif ini bertujuan agar dunia pendidikan Indonesia mampu mengikuti perkembangan teknologi digital yang sangat pesat. "Pemberian keterampilan seperti coding dan AI diharapkan dapat membantu anak-anak Indonesia menghadapi kemajuan teknologi informatika," ujarnya.

Langkah ini terinspirasi dari praktik global di negara-negara maju yang sudah lebih dulu mengintegrasikan pendidikan teknologi tinggi dalam sistem sekolah mereka. Jepang, misalnya, telah mewajibkan pelajaran pemrograman komputer sejak 2016 di sekolah dasar dan menengah. Kota-kota seperti Koga dan Takeo bahkan telah bekerja sama dengan perusahaan dan relawan untuk mengimplementasikan materi ini, yang terbukti meningkatkan minat belajar siswa.

Begitu pula Singapura, yang sejak 2020 menjadikan coding sebagai mata pelajaran wajib bagi siswa kelas 4 hingga 6 SD melalui program ‘Code For Fun’ yang digagas Kementerian Pendidikan dan Otoritas Pengembangan Media Infocomm (IMDA). Sebelumnya, sejak 2014, Singapura telah mengenalkan pembelajaran teknologi berupa materi AI dan keamanan siber sebagai pelajaran opsional.

Tidak hanya Jepang dan Singapura, sejumlah negara maju seperti Australia, Amerika Serikat, dan Finlandia juga telah lama memasukkan pembelajaran sains komputer dan coding dalam kurikulum nasional. Finlandia bahkan mengadopsi model e-learning yang memungkinkan siswa belajar coding secara mandiri.

Merujuk pada tren global tersebut, Kemendikdasmen berencana memperkenalkan pembelajaran coding dan AI sebagai mata pelajaran pilihan di sekolah dasar dan menengah mulai tahun pelajaran 2025-2026. Program ini akan diterapkan di sekolah-sekolah yang telah siap dari sisi infrastruktur dan sarana-prasarana.

Abdul Mu’ti menegaskan, “Jika pendidikan digital tidak segera kita tingkatkan, Indonesia akan tertinggal dalam penguasaan teknologi berbasis komputer, yang pada akhirnya mempengaruhi daya saing bangsa.”

Fokus utama program ini adalah membekali peserta didik dengan keterampilan abad ke-21 seperti berpikir kritis, numerasi, dan literasi digital. Pembelajaran coding mengajarkan pola pikir logis dan sistematis, sementara kecerdasan buatan memperdalam pemahaman siswa terkait pengelolaan data dan pengambilan keputusan berbasis teknologi.

Dalam implementasinya, Kemendikdasmen mengusung tiga model pembelajaran, yaitu internet-based, plugged, dan unplugged. Khusus untuk tingkat SD, metode berbasis permainan dan pembelajaran unplugged tanpa perangkat digital digunakan untuk mengenalkan dasar berpikir komputasional dengan cara yang menyenangkan dan sesuai perkembangan otak anak.

Para ahli perkembangan anak menyarankan pendekatan ini karena prefrontal cortex, bagian otak yang bertanggung jawab atas pengambilan keputusan dan pengendalian impuls, belum berkembang sepenuhnya pada usia dini. Di tingkat SMP, pembelajaran lebih difokuskan pada pemrograman berbasis blok dan pengenalan konsep AI dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan di SMA dan SMK siswa mulai belajar pemrograman berbasis teks, machine learning, dan aplikasi AI di berbagai industri.

Strategi pembelajaran bertahap dan kontekstual ini tidak hanya menekankan teori, tetapi juga mendorong penerapan nyata dalam proyek yang meningkatkan kreativitas dan kemampuan pemecahan masalah siswa.

Integrasi pembelajaran coding dan AI di sekolah juga akan mengajarkan peserta didik berbagai keterampilan esensial, seperti berpikir komputasional yang mencakup proses dekomposisi masalah, pengenalan pola, abstraksi, dan algoritma. Selain itu, literasi digital akan memperdalam pemahaman siswa mengenai cara kerja teknologi dan dampaknya.

Pentingnya pendidikan etika AI juga menjadi bagian dari materi, mengingat implikasi sosial dan budaya dari teknologi ini. Konsep human-centered mindset dan design system AI diajarkan untuk memastikan teknologi yang dikembangkan memberikan manfaat sosial yang optimal.

Penguasaan keterampilan tersebut sangat krusial di era Industri 4.0 dan Masyarakat 5.0 yang menuntut sumber daya manusia yang adaptif dan unggul dalam teknologi digital.

“Tanpa literasi digital yang memadai, generasi muda akan menghadapi tantangan besar dalam bersaing di dunia kerja masa depan yang semakin berbasis teknologi,” kata Abdul Mu’ti.

Dengan demikian, integrasi pembelajaran coding dan AI bukan sekadar inovasi pendidikan, melainkan kebutuhan mendesak untuk membangun sumber daya manusia yang kompeten dan siap menghadapi perubahan zaman. Pemerintah, sekolah, industri, dan masyarakat diharapkan bersinergi menciptakan ekosistem pendidikan yang kondusif demi mewujudkan Indonesia sebagai produsen inovasi teknologi yang mampu bersaing di tingkat global.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index