JAKARTA - Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) tengah menjadi sorotan setelah muncul kabar bahwa FIFA sedang menyelidiki dugaan pelanggaran dalam proses naturalisasi sejumlah pemain keturunan yang memperkuat tim nasional Malaysia. Meski belum ada pernyataan resmi dari FIFA atau AFC, isu ini berkembang luas dan menimbulkan kekhawatiran mengenai potensi sanksi berat yang dapat dijatuhkan. Jika dugaan tersebut terbukti, dampaknya bisa sangat besar — tidak hanya bagi Malaysia, tetapi juga bagi negara lain di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
1. Kontroversi Naturalisasi Pemain Malaysia: Garces dan Empat Nama Lain Disorot
Dalam beberapa tahun terakhir, Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) aktif menaturalisasi pemain asing untuk memperkuat skuad nasionalnya. Salah satu nama yang kini tengah disorot adalah Facundo Garces, bek tengah asal Argentina yang kini bermain di La Liga Spanyol. Garces menimbulkan kontroversi karena proses naturalisasinya dianggap janggal dan terburu-buru.
Menurut regulasi FIFA, pemain dapat dinaturalisasi melalui dua jalur: jalur residensi (tinggal selama lima tahun di negara yang bersangkutan sejak usia 18 tahun), atau jalur garis keturunan hingga tingkat kakek dan nenek. Namun, Garces diketahui tidak pernah tinggal di Malaysia dan keterkaitannya dengan darah Malaysia masih belum memiliki bukti yang sah di ranah publik.
Selain Garces, FAM juga telah menaturalisasi empat pemain lain yang berasal dari Argentina, Spanyol, dan Brasil. Mereka adalah Imanol Machuca, Jon Irazabal, Gabriel Palmero, dan Joao Figueiredo. Kelima pemain ini telah dimasukkan ke dalam skuad tim nasional Malaysia dan beberapa di antaranya sudah tampil dalam laga resmi seperti kualifikasi Piala Asia 2027.
Meskipun terdapat laporan bahwa FIFA telah menyetujui penggunaan pemain-pemain tersebut, berbagai kalangan tetap mempertanyakan transparansi dokumen yang digunakan dalam proses naturalisasi. Bahkan, pengacara olahraga asal Malaysia, Zhafri Aminurrashid, turut angkat bicara dan mendesak FAM untuk membuka semua dokumen pendukung secara publik.
“FAM perlu menyiapkan semua informasi dan dokumen. Jika diperlukan, FIFA dan AFC akan meninjau secara langsung. Jika ditemukan pemalsuan atau penyalahgunaan dokumen, maka sanksi bisa dijatuhkan,” ujar Zhafri dalam pernyataannya kepada media nasional.
Kekhawatiran ini bukan tanpa dasar. Pada tahun 2017, Timor Leste pernah dijatuhi sanksi berat oleh FIFA dan AFC karena melakukan naturalisasi sembilan pemain dengan dokumen yang tidak sah. Akibatnya, Timor Leste dilarang mengikuti Kualifikasi Piala Asia dan harus merombak sistem naturalisasi mereka.
2. Belum Ada Sanksi Resmi dari FIFA, Tapi Investigasi Dapat Dimulai
Meski kabar mengenai sanksi telah menyebar luas, hingga kini belum ada pernyataan resmi dari FIFA maupun AFC terkait status FAM. Laman resmi kedua lembaga tersebut belum mencantumkan informasi mengenai sanksi, investigasi, atau penalti terhadap federasi sepak bola Malaysia.
Kendati begitu, sejumlah laporan menyebut bahwa FIFA telah memberikan persetujuan terhadap lima pemain naturalisasi Malaysia, yang berarti mereka secara administratif diizinkan bermain untuk tim nasional. Namun, ini tidak serta-merta menghapus kemungkinan bahwa dokumen pendukung mereka dapat diselidiki ulang jika ada laporan pelanggaran yang masuk secara resmi.
Pengacara olahraga Zhafri Aminurrashid juga menambahkan bahwa jika benar ada pengaduan dari pihak ketiga, maka FIFA dapat membuka penyelidikan, terutama jika terdapat dugaan pemalsuan atau manipulasi dokumen.
“Transparansi itu penting. Jika FIFA menerima laporan resmi, mereka akan meminta dokumen langsung dari FAM. Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian, maka konsekuensinya bisa sangat serius,” jelasnya.
Sayangnya, sampai saat ini FAM belum memberikan tanggapan resmi atas isu yang berkembang. Beberapa pejabat federasi hanya menyebut bahwa tuduhan ini muncul karena adanya kecemburuan terhadap keberhasilan Malaysia dalam memperkuat timnas mereka dengan pemain berkualitas.
Namun, diamnya FAM justru memicu spekulasi lebih lanjut. Publik mendesak agar FAM segera memberikan klarifikasi untuk menepis keraguan sekaligus melindungi reputasi sepak bola Malaysia di kancah internasional.
3. Dampak Potensial untuk Indonesia: Peluang Lebih Besar Jika Malaysia Disanksi
Jika FIFA benar-benar menjatuhkan sanksi kepada FAM, maka efek domino dari kasus ini bisa dirasakan oleh negara lain di kawasan, termasuk Indonesia. Salah satu dampak paling nyata adalah terbukanya peluang tambahan untuk tampil di berbagai ajang internasional jika Malaysia dinyatakan tidak memenuhi syarat keikutsertaan.
Misalnya, dalam babak kualifikasi Piala Asia, Piala AFF, atau SEA Games, absennya Malaysia bisa memberikan keuntungan bagi negara seperti Indonesia, baik secara teknis maupun dalam hal distribusi slot peserta. Selain itu, pengaruh Malaysia yang melemah juga bisa berdampak pada posisi mereka dalam peringkat FIFA, membuka peluang pergeseran peringkat antarnegara.
Di sisi lain, dari sudut pandang finansial dan sponsorship, sanksi terhadap Malaysia bisa mengurangi minat sponsor terhadap liga domestik dan tim nasional mereka. Sebaliknya, Indonesia yang tengah berbenah dan memperkuat skuadnya lewat program naturalisasi terstruktur bisa menjadi tujuan baru bagi sponsor dan pengamat internasional.
Namun demikian, semua skenario tersebut masih bersifat spekulatif. Tanpa adanya keputusan resmi dari FIFA, Malaysia tetap diperbolehkan mengikuti seluruh kompetisi regional dan internasional. Oleh karena itu, Indonesia perlu tetap fokus pada penguatan internal dan tidak terlalu berharap pada nasib buruk negara lain.
Isu ini juga menjadi peringatan bagi seluruh federasi sepak bola di kawasan ASEAN agar lebih berhati-hati dalam melakukan proses naturalisasi pemain. Kesesuaian dokumen, kejelasan garis keturunan, serta transparansi kepada publik merupakan elemen penting untuk menjaga kepercayaan, baik dari federasi internasional maupun dari para pendukung di dalam negeri.