Kesehatan

4 Cara Lingkungan Berperan pada Kesehatan dan Risiko Jika Diabaikan

4 Cara Lingkungan Berperan pada Kesehatan dan Risiko Jika Diabaikan
4 Cara Lingkungan Berperan pada Kesehatan dan Risiko Jika Diabaikan

JAKARTA - Lingkungan hidup bukan hanya latar belakang kehidupan manusia, tapi juga faktor krusial yang secara langsung memengaruhi kesehatan. Namun, ketika alam sekitar rusak atau terabaikan, risiko bagi kesehatan bisa meningkat drastis. Dari hilangnya habitat alami hingga pencemaran mikroplastik, berbagai ancaman muncul yang tak boleh diabaikan.

Ahli kesehatan lingkungan, Dr. Dicky Budiman, PhD., menegaskan bahwa kerusakan lingkungan saat ini tak sekadar isu ekologi, tapi juga masalah kesehatan global yang mendesak.

1. Hilangnya Habitat dan Penyebaran Virus Baru

Penggundulan hutan tropis secara masif mengancam tidak hanya flora dan fauna, tapi juga kesehatan manusia. Hewan liar yang menjadi ‘penjaga’ virus di alam kehilangan habitat, sehingga berinteraksi lebih dekat dengan manusia. “Ketika habitat mereka rusak, mereka mencari makan lebih dekat ke pemukiman manusia,” jelas Dr. Dicky.

Studi Nature (2020) menunjukkan perubahan lahan mempercepat kontak manusia dengan virus dari reservoir hewan. Contohnya, wabah Nipah di Bangladesh, Ebola di Afrika, dan Hantavirus di Indonesia yang terkait langsung dengan hilangnya habitat alami. Indonesia sebagai negara kaya biodiversitas dan rawan deforestasi harus waspada. “Melindungi hutan bukan hanya soal lingkungan—ini soal nyawa manusia,” tegasnya.

2. Perubahan Iklim Meningkatkan Risiko Penyakit Tropis

Krisis iklim global membawa dampak yang lebih luas dari sekadar suhu panas. Epidemiolog dari Griffith University, Dr. Dicky Budiman, mengungkapkan, “Krisis iklim mengubah peta penyakit dunia. Nyamuk pembawa malaria naik ke dataran tinggi, menjangkau wilayah yang sebelumnya bebas malaria. Kolera juga kembali akibat banjir dan sanitasi yang rusak.”

Laporan Lancet Countdown (2023) menegaskan bahwa penyakit tropis kini mengancam daerah yang sebelumnya aman. Indonesia harus menyiapkan adaptasi dan mitigasi sebagai strategi utama menghadapi wajah baru penyakit akibat perubahan iklim.

3. Konsumsi Satwa Liar dan Ancaman Pandemi

Interaksi manusia dengan hewan liar menjadi sumber virus mematikan seperti SARS, MERS, dan COVID-19. Dr. Dicky menegaskan, “Konsumsi satwa liar bukan budaya yang patut dipertahankan, tapi risiko yang harus dihentikan.”

WHO juga mengingatkan pentingnya membatasi perdagangan hewan liar. Dengan posisi Indonesia sebagai hotspot biodiversitas, negara ini harus menjadi garda terdepan dalam upaya menghentikan praktik berisiko yang bisa memicu pandemi berikutnya.

4. Mikroplastik: Racun Tak Terlihat dalam Tubuh Manusia

Selain virus dan penyakit, polusi mikroplastik menjadi ancaman baru bagi kesehatan manusia. Studi terbaru menemukan partikel mikroplastik dalam darah dan bahkan plasenta manusia, yang berpotensi merusak sistem imun, hormon, dan reproduksi.

Dr. Dicky mengingatkan, “Kita belum tahu dampak jangka panjangnya, tapi sinyal bahayanya jelas. Perlu kebijakan tegas terhadap plastik sekali pakai dan kontrol sumber pencemaran. Tubuh manusia bukan tempat sampah.”

Melalui pemahaman hubungan erat antara lingkungan dan kesehatan ini, menjaga alam bukan hanya kewajiban lingkungan hidup, tapi investasi untuk kesehatan dan keselamatan manusia secara luas. Perubahan kecil dalam pola hidup dan kebijakan dapat membawa dampak besar bagi keberlanjutan dan kualitas hidup.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index