AI

OpenAI Siapkan Browser AI, Tantang Google Chrome

OpenAI Siapkan Browser AI, Tantang Google Chrome
OpenAI Siapkan Browser AI, Tantang Google Chrome

JAKARTA - Industri browser global bakal menghadapi gebrakan besar. OpenAI, perusahaan yang selama ini dikenal lewat ChatGPT, dikabarkan akan meluncurkan browser berbasis kecerdasan buatan (AI) dalam waktu dekat. Browser ini diharapkan bisa mengubah cara orang berselancar di internet sekaligus menjadi pesaing serius Google Chrome yang telah lama menguasai pasar. Dengan teknologi AI yang terintegrasi langsung, OpenAI berpotensi membawa pengalaman browsing ke level baru dan menantang dominasi raksasa teknologi Alphabet.

Transformasi Cara Browsing dengan AI

OpenAI tengah mempersiapkan peluncuran browser baru yang mengusung pendekatan berbeda dari browser konvensional. Alih-alih membuka halaman web satu per satu, browser ini mengedepankan interaksi berbasis chat yang mirip dengan ChatGPT. Pengguna dapat langsung memperoleh jawaban dari pertanyaan mereka tanpa harus mengklik banyak tautan. Pendekatan ini bukan hanya menyederhanakan pengalaman menjelajah, tapi juga menempatkan AI sebagai asisten digital yang aktif membantu berbagai aktivitas, mulai dari mengisi formulir hingga melakukan reservasi.

Peluncuran browser ini juga akan membuka akses bagi OpenAI untuk mendapatkan data pengguna secara langsung—suatu aspek yang selama ini menjadi kunci sukses Google Chrome. Data ini penting untuk mengembangkan fitur, menyesuaikan pengalaman pengguna, dan tentu saja, sebagai basis bisnis iklan digital. Jika browser OpenAI mampu menarik sebagian besar dari 500 juta pengguna aktif mingguan ChatGPT, maka peluang untuk menggerus pangsa pasar Google menjadi sangat besar.

Persaingan Sengit di Pasar Browser AI

Meskipun peluangnya besar, tantangan OpenAI tidak ringan. Saat ini, Google Chrome masih menguasai lebih dari dua pertiga pasar browser dunia dengan basis pengguna mencapai lebih dari 3 miliar orang. Safari Apple menempati posisi kedua dengan pangsa sekitar 16 persen. Selain itu, persaingan di segmen browser AI juga semakin ketat. Startup seperti Perplexity dengan browser Comet, serta The Browser Company dan Brave yang meluncurkan browser AI-nya sendiri, juga berusaha menarik perhatian pengguna dengan teknologi serupa.

OpenAI sendiri terus memperluas jangkauan bisnisnya. Selain pengembangan perangkat lunak AI, perusahaan ini bahkan mengakuisisi startup perangkat keras AI milik mantan kepala desain Apple, Jony Ive, senilai 6,5 miliar dolar AS pada Mei lalu. Langkah ini menunjukkan komitmen kuat OpenAI dalam mengintegrasikan teknologi AI ke dalam berbagai aspek kehidupan manusia, baik di ranah pribadi maupun profesional.

Selain itu, OpenAI sempat menyatakan kesiapan membeli Google Chrome apabila regulator memaksa Google menjualnya terkait gugatan monopoli yang tengah berlangsung. Namun, Google sendiri menyatakan tidak akan melepas Chrome dan berencana mengajukan banding.

Dengan peluncuran browser AI, OpenAI berpotensi mengubah peta persaingan browser dunia sekaligus memperluas penggunaan kecerdasan buatan dalam aktivitas sehari-hari. Meski menghadapi dominasi Google Chrome yang kuat, inovasi OpenAI dapat memberikan alternatif baru bagi pengguna internet yang menginginkan pengalaman browsing yang lebih efisien dan interaktif. Perkembangan ini tentu akan menjadi salah satu babak penting dalam evolusi teknologi digital di tahun-tahun mendatang.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index