JAKARTA - Banyak ibu hamil yang masih diliputi kekhawatiran mengenai potensi penularan kanker serviks kepada bayi mereka selama masa kehamilan atau proses persalinan. Kanker serviks sendiri merupakan penyakit yang berkembang akibat infeksi virus human papillomavirus (HPV) yang berlangsung dalam jangka waktu lama. Namun, penting untuk diketahui bahwa kanker serviks tidak menular secara langsung dari ibu ke bayi layaknya penyakit infeksi pernapasan atau penyakit keturunan.
Menurut dr. Brian Prima Artha, Sp.OG(K), dalam sebuah talkshow yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan RI, HPV tidak menular dari ibu ke bayi selama kehamilan. “HPV tidak menular dari ibu ke bayinya selama kehamilan. Tidak seperti HIV atau hepatitis,” ujarnya. Dengan kata lain, bayi yang lahir dari ibu dengan kanker serviks tidak otomatis mengalami infeksi HPV karena mekanisme penularannya berbeda dan virus ini tidak melewati plasenta.
Risiko Penularan Selama Persalinan dan Penanganan Medis
Meski penularan HPV melalui darah atau plasenta tidak terjadi, ada kemungkinan kecil virus ini dapat menular saat proses persalinan. Hal ini dapat terjadi jika virus aktif terdapat di area jalan lahir. “Risiko itu sangat kecil. Tapi secara teori, kalau virus aktif di serviks dan lahiran normal, ada kemungkinan terpapar. Namun itu bukan berarti bayi pasti sakit,” terang dr. Brian.
Dalam situasi tersebut, tenaga medis akan melakukan penilaian menyeluruh terhadap kondisi ibu dan stadium penyakitnya untuk menentukan metode persalinan yang paling aman bagi ibu dan bayi. Langkah ini bertujuan meminimalkan risiko paparan virus selama proses kelahiran.
Pentingnya Edukasi untuk Meluruskan Kesalahpahaman
Masih ada masyarakat yang salah kaprah mengira kanker serviks bisa menular seperti flu atau diwariskan secara genetik. Dr. Brian menegaskan bahwa hal tersebut tidak benar. “Kanker serviks bukan penyakit keturunan. Juga bukan penyakit yang ditularkan lewat bersin atau sentuhan,” jelasnya.
Penularan virus HPV hanya terjadi melalui kontak kulit ke kulit di area genital, bukan melalui kehamilan atau menyusui. Oleh karena itu, edukasi yang tepat sangat dibutuhkan agar stigma dan kesalahpahaman mengenai kanker serviks dapat dihilangkan, serta mendorong kesadaran untuk melakukan deteksi dini dan vaksinasi.
Dengan pemahaman ini, ibu hamil dan keluarga dapat lebih tenang dan yakin bahwa kanker serviks tidak serta-merta menjadi ancaman bagi bayi selama kehamilan dan persalinan, selama pengawasan medis dilakukan dengan baik.