Olahraga

Olahraga Tradisional Indonesia Jadi Identitas Budaya Dunia

Olahraga Tradisional Indonesia Jadi Identitas Budaya Dunia
Olahraga Tradisional Indonesia Jadi Identitas Budaya Dunia

JAKARTA - Indonesia bukan hanya dikenal lewat kuliner dan karya seni, tetapi juga melalui olahraga yang menjadi bagian penting dari identitas bangsa. Selain prestasi gemilang atlet nasional di kancah internasional, negeri ini menyimpan ragam olahraga asli yang tak lekang oleh waktu.

Olahraga-olahraga tersebut tidak hanya sekadar dipertandingkan untuk mencari juara, tetapi juga menjadi simbol kearifan lokal dan sarana memperkuat nilai kebersamaan. Kini, beberapa di antaranya bahkan mulai diperkenalkan pada ajang internasional seperti SEA Games dan Asian Games.

Berikut adalah enam olahraga asli Indonesia yang sarat makna budaya sekaligus menjadi warisan berharga bagi dunia.

Tarung Derajat: Bela Diri Khas Bandung

Lahir dari jalanan Bandung pada era 1970-an, Tarung Derajat dikembangkan oleh Achmad Drajat hingga resmi dideklarasikan sebagai olahraga bela diri pada 1972.

Mengandalkan lima unsur kekuatan, kecepatan, ketepatan, keberanian, dan keuletan tarung derajat resmi bergabung dengan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) pada 1977.

Pertandingan tarung derajat mempertemukan dua petarung yang saling memukul dan menendang. Tidak jarang keduanya mengalami lebam atau luka akibat hantaman keras. Namun, di balik kerasnya pertarungan, olahraga ini menekankan pembentukan karakter disiplin, keberanian, dan semangat pantang menyerah.

Ma’raga: Cikal Bakal Sepak Takraw

Dari tanah Bugis, lahirlah Ma’raga atau A’raga, permainan tradisional yang diyakini sebagai nenek moyang dari sepak takraw.

Awalnya hanya dimainkan kalangan bangsawan, tetapi lambat laun menjalar ke masyarakat luas. Ma’raga biasa dimainkan dalam perayaan dan atraksi hiburan, hingga kini menjadi cabang olahraga kompetitif.

Menggunakan bola rotan bernama raga, permainan ini dilakukan oleh 5–15 pemain. Setiap pemain harus menjaga agar bola tidak jatuh ke tanah. Siapa yang gagal, dianggap kalah. Di balik keseruan ini, Ma’raga mengajarkan nilai kebersamaan dan kekompakan.

Jemparingan: Panahan Filosofis dari Mataram

Olahraga khas Kerajaan Mataram ini dikenal dengan nama Jemparingan, berasal dari kata jemparing yang berarti anak panah.

Berbeda dengan panahan modern, jemparingan mengharuskan pemain duduk bersila sambil membidik sasaran bernama wong-wongan atau bandulan. Busur atau gendewa diposisikan di depan perut, dan pemanah dituntut mengandalkan intuisi.

Jemparingan telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia pada 21 Februari 2024. Lebih dari sekadar olahraga, jemparingan mengandung filosofi kehidupan: ketenangan, konsentrasi, dan keselarasan batin.

Karapan Sapi: Pacuan Khas Madura

Dari Pulau Madura, lahirlah Karapan Sapi, olahraga tradisional yang memadukan ketangkasan manusia dan kekuatan hewan.

Dalam perlombaan ini, sepasang sapi menarik kereta kayu yang dikendalikan seorang joki. Sapi-sapi tersebut dipacu dengan kecepatan tinggi untuk saling beradu cepat.

Bagi masyarakat Madura, sapi bukan sekadar hewan ternak. Mereka meyakini sapi memiliki nilai khusus, bahkan dianggap memiliki “raja”. Karena itu, sapi dalam karapan diperlakukan istimewa, bukan lagi sekadar pekerja di ladang, melainkan simbol kehormatan.

Pacu Jalur: Warisan Sungai Kuantan Singingi

Riau memiliki olahraga tradisional yang mendunia, yaitu Pacu Jalur. Dilaksanakan di sungai Kabupaten Kuantan Singingi, olahraga ini mempertandingkan perahu panjang yang dikayuh puluhan orang.

Tradisi ini sudah ada sejak masa penjajahan Belanda, bahkan dulu digunakan untuk merayakan ulang tahun Ratu Wilhelmina. Kini, Pacu Jalur bukan hanya perlombaan, melainkan pesta rakyat yang melambangkan persatuan dan gotong royong.

Pada pertengahan 2025, momen Pacu Jalur kembali viral secara internasional ketika penampilan penari di atas perahu menyedot perhatian dunia. Sejak itu, tradisi ini semakin dikenal luas sebagai salah satu olahraga budaya paling ikonik dari Indonesia.

Pencak Silat: Bela Diri Nusantara yang Mendunia

Sebagai olahraga bela diri tertua di Indonesia, Pencak Silat diyakini sudah ada sejak abad ke-7. Awalnya, silat lahir dari kemampuan masyarakat dalam berburu dan berperang dengan senjata seperti parang, perisai, dan tombak.

Silat mulai dipertandingkan secara resmi di level internasional pada SEA Games ke-14 tahun 1987. Sejak itu, olahraga ini berkembang pesat hingga mendunia.

Indonesia selalu mendulang emas setiap kali silat dipertandingkan. Pemerintah pun terus berupaya mendorong silat agar bisa sejajar dengan seni bela diri internasional lain seperti Taekwondo, Karate, dan Judo.

Olahraga Tradisional sebagai Cermin Identitas

Keenam olahraga di atas membuktikan bahwa olahraga tradisional Indonesia tidak hanya soal adu keterampilan, tetapi juga simbol budaya, filosofi hidup, hingga identitas bangsa.

Dari kerasnya tarung derajat, keindahan jemparingan, hingga gemuruh pacu jalur, semua memiliki satu benang merah: nilai persatuan, keberanian, dan kebanggaan akan budaya sendiri.

Dengan semakin banyaknya ajang internasional yang melibatkan olahraga tradisional Indonesia, harapannya warisan ini tak hanya lestari di tanah air, tetapi juga mampu menjadi inspirasi bagi dunia.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index